Selasa, 28 Januari 2014

KONTRAK NERAKA

Nggak ada yang bisa kutuliskan. Aku hanya akan memandangi lembar kosong ini seolah aku sedang memandangi langit. Paling-paling aku akan mengetikkan 3 -  4 kalimat, memandanginya, lalu kembali menghapusnya. Seolah aku sedang melukisi  udara yang telanjang.

Ada banyak kata-kata yang ingin ku katakan padamu. Seperti ada ribuan kata yang ingin ku kutuliskan di jurnal ku. Tapi akhirnya luruh, menguap entah kemana.  Lalu aku memilih diam dan bergumul dengan keheningan. Membiarkan setan membisiku jiwa dan menuntunku memilih neraka.  Sementara  lembaran kosong ini membayangi khayalan tentang mu, tentang kita, tentang kisah dari pantry.  Tentang tanda tangan kontrak neraka.


Bangka Belitung, 28-01-2014

Minggu, 26 Januari 2014

ARSIP YG TERCECER

Jika tiada barulah terasa

pada 06 Oktober 2011 jam 20:44

Jadi bisa introspeksi diri..

Ternyata, selama ini aku sudah sangat sering menyakiti hati mu. Ternyata slama ini aku sudah sangat terbiasa melukai perasaan mu. Merobek-robek harapan mu. Mengabaikan mu. Aku bahkan terang2an menghunjamkan belati di dada mu yang kau terima dengan suara lembut dan senyuman yang menyejukkan. Bahkan jauh setelah itu kau masih tetap memberikan hati mu pada ku.

Ternyata selama ini aku sudah menyia-nyiakan cinta mu yang selalu indah. Kemana aku ketika kau sibuk dengan galau mu. Kemana aku ketika kau bergelut dengan resah mu. Ketika kau terhempas badai aku bahkan tak menoleh sedikit pun. Aku tau kau yang terbaik, tapi aku tak pernah merawatmu dengan pantas.

Jika tiada barulah terasa...

DISIMPANG JALAN

kampus pasca sarjana IPB di samping Botani Square

Diterima di perguruan tinggi negeri terkenal adalah sebuah suka cita tersendiri baik bagi sang anak mau pun orang tuanya. Begitulah yang kami rasakan saat anak sulungku diterima di D3 IPB melalui jalur undangan. Mulanya sih sempat bingung  karena kebetulan dia diterima juga di S1 Universitas Brawijaya, Malang. Karena pertimbangan jarak yang cukup jauh, tentu juga mengimbas ke pertimbangan biaya akhirnya kami memutuskan untuk memilih IPB. Hanya saja karena prodi yang dipilih masih kurang memuaskan yaitu Komunikasi, maka si sulung masih tetap ikut ujian tulis SNMPTN dengan pilihan ITB dan UBB jurusan Tehnik Tambang. Sementara keinginan untuk kuliah di sekolah -sekolah ikatan dinas terpaksa ditekan karena tidak ada yang berhasil lulus.
kenang2an doank di kampus Cilibende IPB

Batas daftar ulang untuk IPB semakin dekat. Keputusan sudah harus dibuat dengan mengambil resiko-resiko yang mungkin harus ditanggung, yang pasti gambling lah soal biaya. Akhirnya membulatkan tekad anak dan orang tua untuk menentukan pilihan. Dibayarlah uang daftar ulang di IPB. Dan berangkatlah kami ke Bogor. 

Di Bogor kami sibuk cari kontrakan sementara yang bulanan dulu. Cari yang dekat dengan kampus. Wuih, mahal-mahal. Ya emang begitu. Kalo mau murah maka carilah yang agak jauh dengan resiko harus naik angkot lagi, ya sama aja fonk, biaya maning. Akhirnya dapatlah kami di daerah Malabar Ujung. Hanya 5 menit jalan kaki dari kampus. Besoknya mulai kepikiran untuk mengisi kamar dengan kebutuhan standar anak gadis yang akan ditinggal sendiri. Sudah. Selesai semua. Waktu itu tanggal 06-07-12 sedang daftar ulangnya tanggal 07-07-12. Pulang dari Mall dengan sebereotan belanjaan, capek dan lapar. Kami biarkan dulu belanjaan itu berserakan di kamar kost yang sempit. Makan dulu, kebetulan tempat kost itu dekat banyak tempat makan, beli nasgor aja. 

Lama banget nungguin antrian layanan nasgor. Tiba-tiba si Sulung dapat sms dari sepupunya. "yuk, pengumuman SNMPTN udah keluar malem ini di internet." wah, surprise! Padahal pengumuman diperkirakan bakal lebih lama lagi. Masih nyantai-nyantai nungguin nasgor. "yuk, kamu diterima di Tehnik Pertambangan UBB". What?!!! Wow...mulai gak konsen sama nasi goreng yang sudah mulai mateng. "biaya daftar ulangnya jauh lebih murah". Wah, asli goyang. Gak nafsu lagi deh tuh makan nasgor yang sudah terhidang. Bimbang antara lanjut daftar ulang besok atau balik lagi ke Bangka Belitung ambil S1 Tehnik Pertambangan yang sedang populer itu.

Untuk menguatkan hati, telpon sana sini minta pertimbangan. Terutama kakak ku yang sulung. Dengan pertimbangan prodi yang S1 UBB lebih baik dan biaya yang lebih murah dan tamatannya yang lebih bonafid akhirnya kami menguatkan hati untuk membatalkan kuliah si sulung di IPB. Yaaa...gak jadi deh sering-sering main ke Bogor...hehe. Tapi demi sesuatu yang lebih baik, gak apa-apa lah. Niat awalkan memang mau belajar bukannya mau bersuka cita main atau bersenang-senang. Kalau liat kerennya sih memang lebih keren IPB, secara itu universitas tua yang sudah ternama, tapi liat prodinya atau tamatannya nanti, ya kalah jauh donk sama yang dipilih sekarang. 

Sudah putus, lusa kita pulang. Tapi rupanya si sulung masih kepikiran sama IPB-nya terutama biaya yang sudah dibayarkan. Katanya biaya SPP memang sudah disebutkan tidak bisa diambil lagi, tapi biaya yang lain nggak disebutkan. "Yuk mah, besok iseng-iseng kita tanya sama panitia, sekalian aku pengen liat-liat kampusnya. Mumpung kita udah disini", Hmmm.. iya juga sih, ga ada salahnya kan. Besoknya pagi-pagi kami sudah ikut antrian seperti layaknya orang yang mau daftar ulang. Sempat bingung juga sih mau tanya sama siapa. Sebegitu banyaknya panitia yang sibuk mengurus ribuan calon mahasiswa. Akhirnya ku putuskan untuk menelpon nomor yang ada diberkas penerimaan siswa aja. Dengan ramah mbak yang menjawab telpon bilang kalau kami harus tetap daftar ulang, nanti akan diberi formulir pengunduran diri. Oh, syukurlah..

Harusnya si Sulung dapat waktu daftar ulang jam 15.00 tapi jam 09.00 kami sudah dapat nomor antrian dengan alasan kami hanya ingin mendapatkan formulir pengunduran diri. Setelah melewati ratusan nonor akhirnya tiba juga giliran si Sulung. Gotcha! Dengan sedikit masalah kecil disana sini seperti berkas asli yang tertinggal, mesti photocopy yang tempatnya jauh dan kena jeda jam makan siang, akhirnya urusan selesai. Ternyata bagi calon mahasiswa yang mengundurkan diri karena diterima di S1 memang ada pengembalian uang. Bagi yang meng-klaim sampai hari senin, waktu itu hari sabtu, 100% uang SPMA, 70% uang SPP dan 0% biaya lain-lain. Dengan mekanisme : 
  • membuat surat permohonan pengunduran diri bermaterai
  • melampirkan print-out pengumuman SNMPTN yang menyatakan kelulusan
  • menyerahkan seluruh berkas yang sudah diberikan pihak Universitas termasuk pemberitahuan kelulusan.
Semua disetor ke bagian pengunduran diri dan akhirnya menemui bagian keuangan. Hanya dalam itungan menit keluarlah si Sulung dengan amplop ditangan. Alhamdulillah ya Allah, semua Kau mudahkan untuk anak ku seperti yang selalu ku pinta dalam setiap do'a. Hari belum sore ketika semua urusan selesai. Masih ada waktu untuk jalan-jalan, mumpung masih ada waktu, karena Senin kami sudah harus kembali. Sampai di kost-an masih dapat kabar baik kalo ibu kost bersedia mengembalikan uang kost sebesar 30%, lemayannn.. hehe. Tinggal pusing mikirin barang-barang yang mau dibawa pulang aja. Ditinggal sayang, dibawa alangkah banyaknya bawaan. Mesti cerdas packing-nya nih. Sebisa mungkin gak terlalu banyak cangkingan pas pulang. Apalagi kalo mesti bawa-bawa kardus, iiwwh..enggak deh. Untung pool Damri yang ke bandara cuma sekali naik angkot. Setelah packing yang cukup makan waktu dan pikiran akhirnya jadilah kami membekal 4 item bawaan, 2 ransel dan 2 travel bag. Masih ada waktu sehari untuk jalan-jalan (OLEH-OLEH DARI BOGOR).

Senin pagi kami sudah bangun, prepare untuk pulang dengan penerbangan jam 15.45. Hehe, kepagian yah? Karena takut kena macet kami perkirakan sudah harus tiba di pool damri jam 10.00. Perjalanan Bogor-Bandara sih seharusnya cuma 2 jam, itu kalo nggak macet. Kami panjangkan jadi 4 jam deh, lebih baik terbosan-bosan nunggu di bandara deh dari pada terjebak macet dan ketinggalan pesawat..huuuww..ga kukuu.. Saking takutnya sampe gak sempat beli oleh-oleh dulu. Padahal rencananya mau mampir dulu di Botani Square, beli donat n strowberry. Tapi pas nyampe pool itu bis udah mau berangkat tinggal nunggu 3 orang lagi. Ya udah langsung aja naik, daripada nunggu lama lagih. Eh ga taunya jalan mulus lancar tanpa hambatan. Inget-inget, ini kan hari senin, jadi gak terlalu ramai. Jam orang lagi kerja kan. Yaaahh....akhirnya benar-benar terbosan-bosan deh di bandara. So far, semua lancarlah. Alhamdulillah ya.

Sabtu, 04 Januari 2014

JALAN NERAKA


Aku sebut jalan ini jalan neraka. Dan petualangan yang kulalui dijalanan ini ku namai petualangan neraka. Kenapa ku sebut jalan neraka padahal aku juga nggak tau seperti apa neraka itu..hihi. Yang jelas jalannya hancur banget deh walaupun nggak ada apinya.

Jalan ini selalu rusak setiap curah hujan tinggi dengan intensitas rapat. Padahal jalan ini termasuk jalan aktif yang banyak dilalui kendaraan baik roda dua, empat dan delapan. Maklum jalan ini menghubungkan ibu kota kabupaten dengan desa2 kecil yang tersebar di dalamnya. Tempat ini juga menjadi titik pertambangan di daerah Bangka Tengah. Selain itu ada banyak perkebunan sawit yang hampir setiap hari memanen dan butuh truk untuk membawa hasil panen ke pabrik pengolahan sawit.

Dulu saat PT. Koba Tin masih aktif jalan ini selalu di rapihkan setiap minggu. Karena banyak mobil tambang dan mobil pengangkut pekerja tambang yg melalui jalan ini. Jadi setiap minggu walau kondisinya tidak parah pasti di gusur supaya tetap rata. Tapi setelah PT. Koba Tin non aktif tidak ada yang peduli pada kondisi jalan pimadona ini.

Bemban adalah daerah tambang dan daerah perkebunan. Letaknya sebagian masuk Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Selama ini perawatan jalan dilakukan pihak swasta. Entah kapan pemerintah akan ambil alih. Tanah disini subur dan hasil tambangnya melimpah. Walau jalan yang harus dilalui seperti neraka aktifitas harus tetap jalan. Pasokan BBM harus diantar ke pekerja2 tambang untuk menjalankan mesin. Sawit2 harus diangkut ke pabrik sebelum buahnya rontok dan busuk. Pasokan pangan juga harus sampai pada ratusan pekerja tambang dan perkebunan di dalam. Meski hujan, becek dan banjir harus dilalui, langkah pantang bersurut. Ada perut2 kelaparan yang menunggu di rumah, ada mulut2 kecil yang menunggu susu dan ayah pulang. Jalan neraka yang harus dilalui untuk surga kecil seorang ayah.



Powered by Telkomsel BlackBerry®