Selasa, 09 April 2013

LELAKI ANTI KEMAPANAN (re-post)


Jangan menguji langkahku, karna kau tau aku sangat suka berlari. Bukan karna lelah jika aku meminta mu tuk berhenti sejenak menikmati indah jalan yg sudah kita lalu. Tapi sadarkah kau, kita tidak lagi berkelana berdua. Ada kaki2 kecil yang menyertai dengan langkah tertatih dan lelah. 

Jika mencari membuat mu lebih bergairah dari pada membangun, mencipta lebih membuatmu hidup dari pada merawat, tidakkah kau sadari kaki2 kecil itu mulai butuh tempat tuk melepas lelah? Apakah kemapanan hanya akan membunuh mu? Padahal perjalanan ini tak lagi sepenuhnya untuk diri mu sendiri. 

Kau, lelaki anti kemapanan. Bagi mu, kemapanan adalah tembok tebal yg memenjara hati dan pikiran mu. Mengikat langkah-langkahmu. Sadari lah, jika kemapanan itu adalah perlindungan bagi mata bening yang mengerjap saat menatapmu seolah kau dewa baginya.


Jumat, 05 April 2013

ONE DAY IN BELITONG ISLAND



Suatu pagi di pinggir sungai Lenggang. Iya, sungai yang ada di novel Andrea Hirata itu. Sungai Lenggang di kecamatan Gantong, Belitung Timur. Ck..ck..ckk...rasanya gimanaaa gitu. Padahal sungai itu biasa aja. Sungai tempat sandar perahu nelayan. Tapi kok rasanya gimanaaa gitu.Terbayang waktu ikal ngangkat perahu lanun dari dasar sungai ini, di Maryamah Karpov halaman 346 :D

Dari Lenggang kami menuju Museum Kata Andrea Hirata di Jl. Laskar Pelangi, Gantong. Kira-kira 5 menit berkendaraan dari Pelabuhan ikan sungai Lenggang. Museumnya dari rumah papan tua. Lantainya dialasi tikar pandan dan dindingnya ditempeli banyak kata. Ada ruang Ikal, ruang Mahar, ruang Lintang yang isinya cuma meja pendek tempat membaca. Dan dindingnya ditempeli photo2 pemeran Ikal, Mahar dan Lintang. Di bagian belakang rumah ada warung kopi namanya 'kupi kuli'. Tidak berbentuk warung sih, tapi dapur tempo doeloe lengkap dengan panci kopinya yang usang dan hitam.
ikal's room museum kata, gantong
kupi kuli, warung kopi unik di museum kata, Gantong

Di dapur ini dinding papannya ditempeli poster2 tua jaman dulu, salah satunya poster Rhoma Irama dan Ellya Kadam. Dan ada ruang kecil ukuran kira-kira 2x2 m, isinya meja buruk, lemari buku yang tidak ada bukunya, dan meja yang ku terka itu tempat tidur papan. Pokoknya bangunan museum dan isinya semua orisinil. Sayang begitu kami datang Andrea Hirata sudah di mobil mau pergi ngopi.

Sambil lewat sejenak kami singgah di objek wisata Beltim yang lain. Pice, Gantong. Bendungan peninggalan jaman Belanda. Tempatnya sepertinya enak jadi tempat santai sore hari.

Berikutnya, Pantai Tambak. Pantainya biasa saja. Letaknya di desa Damar, Belitung Timur. Tanpa turun dari mobil kami menuju Vihara Dewi Kuan Im di Kecamatan Kelapa Kampit, masih di Belitung Timur. Sampai disana hujan deras skali. Kuil ini sudah berumur ratusan tahun dan mengalami pemugaran pada tahun 1987. Dibelakang vihara utamanya ada batu yang besar sekali hampir sama besar dengan Vihara itu sendiri. Vihara Dewi Kuan Im ini letaknya di daerah perbukitan. Tempatnya tenang dan sejuk.

Karena sudah dekat, kira2 3 menit dari Vihara, kami menuju Pantai Burung Mandi. Pantai ini juga tidak terlalu istimewa dan kami hanya melihat-lihat sebentar lalu melaju ke TanjungPandan.

Tiba di Tanjung Pandan sudah sore. Tapi cuaca bagus. Kami menuju Pantai Tanjung Tinggi, 30km dari Kota Tanjung Pandan. Pantai yang terkenal dengan hamparan batu mega lithikum nya, dan tempat syuting film Laskar Pelangi. Wah, kalau disini pantainya memang luar biasa. Pasirnya halus lembut, air lautnya tidak terlalu asin dan udaranya bersih sejuk. Tidak gerah dan lengket. Air lautnya jernih hingga ikan-ikan kecil yang berenang di bibir pantai terlihat jelas menggemaskan.
lokasi syuting film laskar pelangi, Tanjung Tinggi
Tidak jauh dari Pantai Tanjung tinggi ada Pantai Tanjung Kelayang tempat Sail Wakatobi berlangsung beberapa tahun yang lalu. Tapi masih lebih indah di Pantai Tanjung Tinggi. 
updet status dulu ah, lagi di Pantai Kelayang

Selesai sudah perjalanan hari ini, kami kembali ke kota Tanjung Pandan dan menginap di Ocean Hotel. Ini hotel murah meriah dengan tarif Rp. 250.000. Kamarnya bersih, kasurnya standar hotel bintang 4..hehe..dan yang paling penting kamar mandinya juga bersih dengan shower air panas dan dingin. Recommended.

Suatu hari di Belitong Island.

MY FIRST DAY IN BELITONG

floating hospital


bersama dr. Lie

Pernah dengar DoctorSHARE? Pasti enggak..hehe..nuduh. Aku juga baru tau setelah googling. Doctor share itu sekumpulan dokter peduli yang sering mengadakan bakti sosial. Pendirinya dr. Lie A Darmawan, nah, dia ini sepupu bu Eva, teman ku. Jadi dr. Lie ini baru launching Rumah sakit apung atau floating hospital dan sedang mengunjungi Belitung. Bu eva pingin ketemu beliau sambil menjajagi kemungkinan floating hospital ini mengunjungi Bangka Tengah.

Jadi bu Eva minta temani aku ke Belitung. Asyiiiikkk....siap!!! Dengan senang hati.Maklum, walau sudah bertahun-tahun tinggal di Bangka, sekali pun aku belum pernah berkunjung ke Belitung. Karena Bangka dan Belitung beda pulau, untuk kesana kita masih harus menyeberangi lautan atau melintasi udara. Hampir seperti ke Palembang.

Jam 08.00 kami berangkat dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang dengan pesawat fokker, sky aviation. Iddiiw..pesawatnya mungil, kapasitas penumpangnya 52 orang. Hihi..bu Eva sempat parno juga. Insyaallah, aman deh bu..kecil-kecil cabe rawit nih.

Setelah 35 menit di udara akhirnya kami sampai di Bandara Hanandjoeddin Tanjung Pandan. Wih..pendaratannya alus. Mulus. Lega deh. Tepat waktu lagi. Oya, saat ini penerbangan dari Pangkalpinang ke Tanjungpandan dengan sky ada dua penerbangan, jam 08.00 dan jam 15.00.

Di Tanjungpandan kami sudah dijemput rental mobil mitra, kita sudah pesan kemarin. Dapat data dari internet. Langsung menuju Manggar, karena katanya bakal ada ceremonial dulu yang dibuka Bupati Beltim, BTP. Jam 09.00 acaranya. Ullalaaa...ini aja dah jam 09.00. Sedangkan perkiraan sampai di Manggar jam 10.30. Alhasil tuh bu Eva nanyain terus kapan sampai..hehe.

Jam 10:15 kita sampai di kantor Bupati Beltim. Kendaraan Bupati masih nongkrong di halaman depan. Tapi setelah tanya satpol PP dan dioper ke Kabag umum, mereka bilang acaranya di Gantong. Bersegera deh kami kesana. Jaraknya 18 km dari Manggar. Sampai di Gantong tepatnya di wisma PT. Timah ternyata acaranya belum mulai. Assyiiiik. Nunggu malah. Bupatinya ternyata emang masih di Manggar. Pan tadi mobilnya ada disono..yee.

Tunggu punya tunggu, sampai jam 3, bupatinya belum datang. Masih ada tamu sih katanya. Untung acara pengobatan sudah dimulai. Kurang lebih ada 100 pasien yang ikutan dengan aneka macam penyakit. Ada juga operasi minor, 6 orang dan operasi mayor 3 orang. Pengunjung yang berobat sudah pada pulang. Tinggal yang nunggu operasi bedah minor dan mayor. Sebagian dilakukan di gedung, sebagian di kapal, di floating hospital itu.

Nah, kurang 15 menit dari jam 16, Bupati Beltim, Basuri Tjahaya Purnama, tiba. tapi tetap saja tidak ada acara seremonial itu. Akhirnya kami ke kapal deh, pengen tau..

Ternyata floating hospital ini kapal nelayan biasa, yang disulap jadi rumah sakit. Biasa aja, jauh dari bayangan ku semula. Hehe,..tadinya sempat terbayang kapal memancingnya Tommy Soeharto sih. Yang mewah, halus dan mulus. Kapal ini kapal pinisi bekas yang direnovasi.Rumah Sakit Apung DoctorSHARE berukuran 23,5 x 6,55 meter dengan fasilitas rumah sakit seperti ruang periksa, kamar bedah, kamar rontgen, laboratorium, ruang rawat pasien, ruang arsip, kamar dokter, kamar perawat, kamar karyawan, ruang diskusi, dapur, toilet, serta ruang kemudi kapal. Kapal berukuran 23,5 x 6,5 ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat tidak mampu.

Kami menunggu dr.Lie yang sedang sibuk menangani pasien. Tapi lagi2 kerjanya hanya menunggu. Tetap saja nggak bertemu.Beliau sedang sibuk menangani pasien yang menderita hernia parah. Sampai jam 21.00 kami balik ke Manggar.

That's my first day in Belitong. Kisah di belakang layar. Klo liputan resmi tentang doctorSHARE di Beltim bisa dilihat disini, situs resmi doctorSHARE.

Kamis, 04 April 2013

ACARA SEPINTU SEDULANG DESA IRAT

sang ayah baru pulang nganggung dengan dulang yang unik
nenek yang bahagia dengan kunjungan kerabat
sajian khas, ketan dan ayam bakar
warga dan tamu undangan selesai nganggung

Jalan-jalan ke kampung ke kabupaten tetangga. Tepatnya di kampung Irat Kec. Payung, Bangka Selatan, Bangka Belitung. Ada acara sedekah kampung, Sepintu Sedulang. Acara ini merupakan agenda tahunan pasca panen padi di desa Irat. Tidak mirip dengan pesta panen padi di tempat-tempat lain. Tidak ada pesta heboh atau panen bersama. Disini lebih ke menjaga tali silaturahmi-nya.

Biasanya setelah panen padi selesai, seisi kampung sepakat melaksanakan acara ini. Kali ini jatuh pada Sabtu, 30-03-2013. Tidak ada ritual tertentu. Mereka hanya mengundang keluarga, kerabat dan teman dari daerah lain untuk mengunjungi rumah mereka. Setelah acara nganggung sepintu sedulang di masjid besar, pintu-pintu rumah dibuka lebar, kue-kue tersaji, mereka siap menerima tamu-tamu.

Nganggung adalah istilah untuk makan bersama setelah membaca doa-doa dan riwayat kampung di masjid. Para lelaki dewasa berkumpul di Masjid dengan membawa dulang berisi makanan dari rumah, dari sinilah istilah 'sepintu sedulang' didapat. Satu pintu, satu dulang. Di Masjid makanan itu dikumpulkan untuk disajikan pada tamu-tamu undangan dan dimakan bersama. Undangan disini biasanya pejabat Pemda setempat atau dari Provinsi.

Dirumah, para wanita menerima tamu menyajikan makanan makanan kecil dan makanan khas acara ini, yaitu ayam bakar dan nasi ketan. Betapa pun beragamnya makanan disetiap rumah, ayam bakar nasi ketan ini wajib ada. Jadi mereka menyiapkan ayam dalam jumlah banyak. Satu rumah bisa membakar ratusan kilo ayam untuk acara ini.

Irat adalah kampung kecil yang terletak jauh dari kota. Jaraknya 50km dari Koba, Bangka Tengah tempatku tinggal. Jalan akses menuju kesana melalui desa Air Bara menuju ke kecamatan Payung sudah aspal mulus. Hanya saja setelah simpang di Air Bara, ruas jalannya sempit hingga ketika berpapasan dengan kendaraan lain kita harus mengurangi kecepatan. Tapi arus lalu lintasnya terbilang sepi dan banyak melewati perkebunan. Jadi kalau malam hari sebaiknya berjalan bersama-sama atau konvoi. Walaupun keamanan di daerah ini terbilang cukup baik. Jangan lupa memeriksa tangki bahan bakar karena kalau kehabisan di jalan lumayan barabe, jangan harap ketemu SPBU, ketemu penjual bensin eceran saja sulit kalau tidak masuk perkampungan penduduk.

Biasanya perjamuan dimulai setelah para pria pulang 'nganggung'. Tapi bisa juga dimulai setelah lepas waktu djuhur atau setelah jam 12 siang. Kampung dengan ruas jalan yang sempit ini akan terlihat ramai sepanjang-panjang kampung. Awal masuk kampung ditandai dengan umbul-umbul sampai ke ujung kampung. Di kiri kanan jalan dan di halaman-halaman rumah terparkir mobil dan motor para kerabat yang berkunjung. Suasananya kadang lebih ramai daripada hari raya idul fitri. Tamu-tamu keluar masuk silih berganti. Kapan lagi menikmati kebersamaan dan menjalin silaturahmi yang jarang terjadi ini.

Hanya masih terasa ada yang kurang. Untuk menjadi daya tarik wisata acara ini bisa dibilang kosong. Tidak ada sajian budaya seperti ritual dan pertunjukan. Semua masih murni tentang silaturahmi. Padahal acara ini cukup populer di Bangka. Seringkali kerabat sengaja menunggu acara ini untuk mengunjungi keluarga yang sudah lama tak jumpa. Mendekatkan yang jauh dan menghangatkan yang dekat.