Selasa, 28 November 2017

HUJAN DAN KAMU

Hujan deras sekali di luar sana. Aku suka hujan. Hujan membuat ingatan ku melayang pada mu. Tapi aku tidak suka bunyi gunturnya. Gemuruhnya membuat bayangan mu menjadi buyar. Kutatap titik-titik air yang jatuh dari langit. Menghunjam ke tanah membuat partikel debu terhempas. Kupandangi sekeliling yang basah. Bagaimana nasib burung-burung kecil yang tadi pagi riang berkicau? Mereka akan basah dan kedinginan.

Bagaimana nasib semut-semut yang tadi rapih berbaris mengumpulkan remah-remah sisa makan ku. Apakah sekarang mereka sedang berkumpul ketakutan di lubang mereka yang hampir dicapai air? Sementara aku disini dalam ruang kering dan hangat ditemani musik klasik lembut yang romantis dan secangkir teh panas. Aku mengaku menderita karena kehilangan mu. Betapa tidak bersyukurnya aku.

Padahal itu pun bohong. Aku bohong jika kukatakan aku kehilangan mu. Aku tak pernah kehilangan mu. Bagaimana bisa jika aku terus menyimpan segala sesuatu tentang mu dalam hati dan pikiran ku. Mengingatmu membuat hati ku bersuara. Hiburan yang menyenangkan buat ku saat ini adalah bayangan mu tersenyum padaku. Saat ini. Entah esok.

Ku pejamkan mata. Ku dengarkan irama suara hujan. Lalu suara mu. Indah. Hidup jadi indah. Jadi tak perlu merasa menderita bukan? Dan ini benar. Tidak bohong. Tanya saja pada semut yang sedang berkumpul di lubangnya sambil bergosip.

************