Minggu, 18 Maret 2012

TELUK KILUAN TRIP

Teluk Kiluan dari jauh



Teluk Kiluan kian populer akhir-akhir ini. Memang tempatnya indah tapi yang membuatnya populer adalah adanya komuni ikan lumba-lumba yang menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Tadi malam aku menginap di rumah Paman di Bawang, 7 km dari Kiluan. Akses jalan aspalnya cukup bagus walau agak kasar. Agak sempit tapi karena arus lalu lintasnya sepi jadi tidak terlalu menyulitkan. Sepanjang jalan terhampar sawah dengan background bukit2 hijau yang sedap dipandang mata dan padi menguning yang mulai merunduk. Sebagian petani sedang sibuk memanen. Dari jalan datar kemudian memasuki area yang lebih tinggi. Dan cukup tinggi untuk mendapatkan landscape yang cantik bagi yang suka memotret.

Dengan mengendarai ojek motor selama 10 menit sampai lah aku d gerbang masuk Teluk Kiluan, Klumbayan Kabupaten Tanggamus. Jalan yang tadi menanjak sekarang menurun cukup tajam. Di area ini sudah terlihat Teluk Kiluan yang indah. Tak lama kemudian masuk ke perkampungan penduduk. Ada komunitas Bali disini melihat ada beberapa Pura dan tmpat pemujaan yang trdapat d halaman rumah penduduk.

Selain Balinese ada Sundanese dan Lampungnese. Tiba d area pantai aku masih belum bergeming walau dari tadi kamera sudah on dan take sana sini. Indah. Lautnya memang indah. Di kurung bukit-bukit hijau teluk ini jadi serupa kolam mandi para bidadari. Tapi bukan hanya keindahan ini yang menarik, dengan menyewa perahu nelayan seharga Rp. 250.000 wisatawan bisa melihat kawanan lumba-lumba d tengah laut. Kalau tidak ketengah jangan harap. Bagi wisatawan yang mau menginap juga ada penginapan, rumah panggung sederhana dari papan yang terletak di pinggir pantai. Tapi kabarnya sih rumah-rumah penduduk juga bisa disewa. Karena fasilitas penginapan disana masih kurang jadi tarifnya agak mahal. Kalo mau murah mah bawa tenda aja..hihii, ato kayak saya, namu dirumah keluarga..hehe

Duduk termenung di bebatuan. Ku tebar pandangan. Biasa saja. Hati ku masih datar. Iseng kulangkahkan kaki setapak demi setapak d batu-batu besar d pinggir pantai. Ku ikuti seorang remaja yang menyusuri pinggir bukit untuk menyebrang ke tempat batu batu besar yang berbentuk indah seolah dipahat seperti dinding Pura. Turun lagi menyebrangi air yang saaangat jernih. Ombak berkejar-kejaran menjilati betis ku. Tiba-tiba gemuruh ombak memecah dinding batu. Percikannya membasahi ku. Aku memekik dan tertawa lepas gembira. Terlupa sudah kelelahan jiwa. Bercanda dengan ombak dan mengambil beberapa gambar. Teringat si Empu Gondring dan komunitas photografer-nya. Wah, d tangan mereka obyek disini bisa jadi lebih indah.

Aku tak menyangka bisa sebahagia ini dalam kesendirian dan sepi. Tiba-tiba saja hatiku yang kosong menjadi penuh oleh luapan rasa cinta dan sayang. Benar, tempat ini menghidupkan kembali sisi romantisme ku. Kembali dari photo spot aku duduk-duduk d bawah rindang pohon. Sudah ada beberapa keluarga yang menggelar tikar disana. Menghidupkan api untuk membakar ikan. Sebuah sampan kecil terayun-ayun menggelinjang digelitik ombak. Aku menghampirinya dan menimbang-nimbang segi keamanannya. Setelah yakin aman aku melangkah menaikinya. Mula-mula sedikit ragu dan takut tak bisa mengendalikan. Tapi lama-lama asyik juga. Ku dayung pelan-pelan. Hanya di pinggir karena kalau jauh ombaknya besar. Bisa terjungkal nanti saya, bah. Lagi-lagi aku terpekik dan tergelak ketika ombak mengalun menghantam sampan. Riangnya hati ku. Andai ada kamu teman ku berbagi keindahan ini pasti lebih lengkap lagi. Kiluan trip yang ku pikir akan menjemukan ternyata membuatku jadi lebih hidup.

Thanks God..Alhamdulillahirobbil'alamiiinnn...

1 komentar:

  1. It is mouth-watering for me to visit Kiluan as soon as possible. Thank for your nice story on Kiluan.

    Regards,
    Yan Airs

    BalasHapus