Kamis, 04 April 2013

ACARA SEPINTU SEDULANG DESA IRAT

sang ayah baru pulang nganggung dengan dulang yang unik
nenek yang bahagia dengan kunjungan kerabat
sajian khas, ketan dan ayam bakar
warga dan tamu undangan selesai nganggung

Jalan-jalan ke kampung ke kabupaten tetangga. Tepatnya di kampung Irat Kec. Payung, Bangka Selatan, Bangka Belitung. Ada acara sedekah kampung, Sepintu Sedulang. Acara ini merupakan agenda tahunan pasca panen padi di desa Irat. Tidak mirip dengan pesta panen padi di tempat-tempat lain. Tidak ada pesta heboh atau panen bersama. Disini lebih ke menjaga tali silaturahmi-nya.

Biasanya setelah panen padi selesai, seisi kampung sepakat melaksanakan acara ini. Kali ini jatuh pada Sabtu, 30-03-2013. Tidak ada ritual tertentu. Mereka hanya mengundang keluarga, kerabat dan teman dari daerah lain untuk mengunjungi rumah mereka. Setelah acara nganggung sepintu sedulang di masjid besar, pintu-pintu rumah dibuka lebar, kue-kue tersaji, mereka siap menerima tamu-tamu.

Nganggung adalah istilah untuk makan bersama setelah membaca doa-doa dan riwayat kampung di masjid. Para lelaki dewasa berkumpul di Masjid dengan membawa dulang berisi makanan dari rumah, dari sinilah istilah 'sepintu sedulang' didapat. Satu pintu, satu dulang. Di Masjid makanan itu dikumpulkan untuk disajikan pada tamu-tamu undangan dan dimakan bersama. Undangan disini biasanya pejabat Pemda setempat atau dari Provinsi.

Dirumah, para wanita menerima tamu menyajikan makanan makanan kecil dan makanan khas acara ini, yaitu ayam bakar dan nasi ketan. Betapa pun beragamnya makanan disetiap rumah, ayam bakar nasi ketan ini wajib ada. Jadi mereka menyiapkan ayam dalam jumlah banyak. Satu rumah bisa membakar ratusan kilo ayam untuk acara ini.

Irat adalah kampung kecil yang terletak jauh dari kota. Jaraknya 50km dari Koba, Bangka Tengah tempatku tinggal. Jalan akses menuju kesana melalui desa Air Bara menuju ke kecamatan Payung sudah aspal mulus. Hanya saja setelah simpang di Air Bara, ruas jalannya sempit hingga ketika berpapasan dengan kendaraan lain kita harus mengurangi kecepatan. Tapi arus lalu lintasnya terbilang sepi dan banyak melewati perkebunan. Jadi kalau malam hari sebaiknya berjalan bersama-sama atau konvoi. Walaupun keamanan di daerah ini terbilang cukup baik. Jangan lupa memeriksa tangki bahan bakar karena kalau kehabisan di jalan lumayan barabe, jangan harap ketemu SPBU, ketemu penjual bensin eceran saja sulit kalau tidak masuk perkampungan penduduk.

Biasanya perjamuan dimulai setelah para pria pulang 'nganggung'. Tapi bisa juga dimulai setelah lepas waktu djuhur atau setelah jam 12 siang. Kampung dengan ruas jalan yang sempit ini akan terlihat ramai sepanjang-panjang kampung. Awal masuk kampung ditandai dengan umbul-umbul sampai ke ujung kampung. Di kiri kanan jalan dan di halaman-halaman rumah terparkir mobil dan motor para kerabat yang berkunjung. Suasananya kadang lebih ramai daripada hari raya idul fitri. Tamu-tamu keluar masuk silih berganti. Kapan lagi menikmati kebersamaan dan menjalin silaturahmi yang jarang terjadi ini.

Hanya masih terasa ada yang kurang. Untuk menjadi daya tarik wisata acara ini bisa dibilang kosong. Tidak ada sajian budaya seperti ritual dan pertunjukan. Semua masih murni tentang silaturahmi. Padahal acara ini cukup populer di Bangka. Seringkali kerabat sengaja menunggu acara ini untuk mengunjungi keluarga yang sudah lama tak jumpa. Mendekatkan yang jauh dan menghangatkan yang dekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar