Selasa, 23 Januari 2018

TULISAN DALAM SECANGKIR KOPI


Apa yang kamu harapkan dari pekatnya kopi hitam di hadapanmu?

Tak ada yang bisa kau lihat di sana selain pantulan samar wajahmu dan kepulan asapnya yang sebentar kemudian akan hilang. Karena hitam itu memang tak pernah menjanjikan apapun. Bahkan kadang aromanya terasa terlalu sengak.


Tapi entah kenapa selalu saja kopi hitam itu yang kau jadikan teman setiap waktu. Tak peduli meski lambungmu meronta dan berontak muak. Kopi hitam pahit itu saja yang menjadi teman baik saat senang maupun sedih mu. Dia yang tak pernah mendengus sinis saat kau bahagia dan tak pernah bertepuk tangan saat kau menangis.


Dia yang pahit dan tak pernah mengaku manis. Tetap jujur dengan pahitnya saat membuatmu merasa terinspirasi. Tetap setia dengan pahitnya menemanimu saat kau butuh ditemani. Ikhlas dengan pahitnya saat kau butuh tambahan semangat. Dan tak pernah ingkar dalam tumpukan ampasnya.


Dalam bekunya pagi, aromanya riang menyapa air seduhan yang bergolak. Menyoraki dan membakar semangatmu menjalani hari. Lagi lagi kopi hitam itu yang kau pilih menemanimu memilin awal jalinan hari. Hingga malam memeluk penatmu, ia pula yang menjadi muara kisah harimu tanpa kedustaan.


Apalah arti pekatnya secangkir kopi hitam di hadapanmu itu?

Pekat yang tak bisa kau tulisi dengan tinta putih. Tapi mampu menyerap semua rasa yang kau inginkan tertuang.

Dalam setiap sesapan kau kunyahkan kekesalan dan kemarahan. Dalam setiap tegukan kau kisahkan kegembiraan. Meski pada akhir ampas kau curahkan sepahnya.


Entahlah,...

Kamu sendiri tak pernah tau apa yang kau harap dari pekatnya. Kamu tak pernah meyakini apa artinya selama ini bagimu. 

Benarlah,...

Rasai saja, nikmati saja.

Kopimu dalam harimu


                 *****************


 



--
AMI MUSTAFA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar