Sabtu, 03 Mei 2014

KALA DINGIN MENGANGKANGI MALAM

Manakala gelap bertahta, senyap menyeruak dikuasai serdadu malam. Jiwa-jiwa yang lelah terkapar dalam lelap. Bergumul dengan mimpi. Meracik impian dan khayalan tentang esok. Wajah wajah tenang dengan impian yang sederhana dan kepasrahan akan kehendakNya bersanding ironis dengan wajah radikal dengan impian yang melampaui batas khayal tanpa wujud nyata dan tak sudah memaki nasib buruk.


Sementara aku terjaga menanti kantuk yang entah baru sampai dimana. Membuka jendela sejenak membebaskan dada yang sesak karena aksara. Sejenak terhenyak pada nyata bahwa ada terang di luar sana. Aku tertohok rembulan. Manakala dingin mengangkangi malam. Di masa embun mulai turun menjilati angsana yang terlentang.

Dimana batas nirwana ketika angan mengembara terbang tanpa sayap. Menembus udara yang telanjang. Gejolak asa tentang pelangi di kota asap menggeliat menggoda hasrat. Jika saja tak ada etika ingin ku teriak menggoda. Dengan lidah kelu bibir beku tangan terbelenggu dan kaki yang terpasung, apalagi yang bisa ku buat saat rindu nyaris membunuhku selain mencumbui bayangmu bertilam kenangan ϑӛЯЇ gerimis di kota itu.





Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar