Minggu, 18 Mei 2014

KANGEN

Aku rindu menyeruak gelap bersama mu. Membelah embun pagi di jalanan beraspal yang masih lelap menikmati sisa-sisa malam. Sementara jiwa-jiwa masih terlena di buaian mimpi kita bersicepat bersama angin menuju matahari.

Memacu mu dengan gairah merah jambu yang meletup dari sisi kekanak-kanakan ku. Menggoreskan kisah yang akan terpatri dalam sejarah panjang untaian roda-roda yang berputar. Sudah berapa lama kita rajut kenangan indah itu? Sudah berapa kisah yang kita ukir dalam setiap petualangan kita? Sudah berapa kilometer yang kita tempuh bermandi keringat? Sampai ketika kau mulai lelah dan aus sementara aku semakin jauh melampaui batas kesanggupan mu.

Bukan maksudku mencampakkan mu begitu saja setelah hadir dia yang lain. Maafkan aku. Tentu saja aku menyesal telah menyingkirkan mu yang sedari awal sudah membangunkan benteng kukuh di kaki ku. Tapi sesalku sedikit terobati melihatmu berdiri angkuh disana. Tampan dan sederhana. Dengan sedikit polesan yang membuatmu kembali cemerlang. Inginku menaikkan mu di tahta yang pantas. Tapi bukankah lebih baik bagimu jika kau bisa memberikan manfaat di sisa-sisa kejayaan mu.

Ketika sadelmu tak mampu lagi menopangku, ketika pedalmu tak mampu lagi mengimbangi kayuhanku, kau sendirian menatapku melaju menembus jarak di lidah jalanan berbatu. Sungguh, sebenarnya sesekali aku merindui mu, Boti.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar