Sabtu, 23 Desember 2017

AKU MARAH

Dikecewakan oleh orang yang kamu anggap paling gak mungkin akan menyakitimu? Atau dikhianati oleh orang yang kamu percaya wan handret persen?

Waw!!!
Rasanya seperti tamparan ribuan kuku macan d wajahmu. Lalu hatimu terlecut.  Rasanya seperti bahan bakar yang dipantik api. Bhuummmm!!!! Tiba-tiba ada kobaran nyala api d belakang kepala. Wajah memerah dan rasanya seperti jadi raksasa yang siap menelan siapa saja dan apa saja.

Lalu karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan, kamu mencoba bertahan, meredam kemarahanmu serapih mungkin. Aduh mak!!! Itu rasanya seperti kamu seekor harimau yang diam dengan wajah datar tapi kuku-kuku tajamnya bermunculan berkilat siap mencabik.

Ya Tuhan.
Aku sih merasa sengsara dengan situasi itu. Kalau kamu?

Tapi bukan bagaimana perasaanku yang ingin kalian tahukan? Tentu saja kalian lebih tertarik ingin tahu apa yang terjadi. Mencari sepotong nama dan sepenggal kisah.

No!!!
Aku memutuskan untuk tidak menceritakan apapun hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu kalian. Kalian cuma ingin tahu, bukan perduli kan? So, kenapa harus kuberitahu? Ore ye, hehe.

Yang ingin kuceritakan hanya bagaimana aku berusaha keras untuk tidak meledakkan kemarahan. Tidak membalas menyakiti walau aku punya banyak senjata yang pernah diberikan untuk balas menyakitinya. Aku akan bertahan memegang pedang itu meski sampai tanganku berdarah darah.

Karena kemarahan pada akhirnya hanya akan menghasilkan rasa malu, aku memilih diam.

Teman yang memilih menusukku bukanlah temanku. Lalu kenapa kalau aku hilangkan saja. Lupakan. Dan memilih berbahagia.

Sudah itu saja. Aku saat ini ingin diam duduk manis membahagiakan hati dengan caraku sendiri.


*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar