Senin, 03 Juni 2019

DIARY FROZEN SHOULDER 2

Saat pertama terapi term kedua ini terapis memberikan penanganan yang sama seperti sebelumnya tapi aku bilang kalau dokter merekomendasikan ultrasound setelah di TENS. 

Ultrasound adalah metode terapi dengan gelombang suara frekuensi tinggi pada daerah yang terkena. Gelombang suara ini akan diubah menjadi panas pada jaringan bahu bagian dalam, sehingga melebarkan pembuluh darah dan memberikan suplai oksigen yang lebih banyak pada daerah yang cedera.

Terapis membaluri bahuku dengan gel lalu menggosokkan alat kecil seperti setrika wajah. Rasa hangat menjalari lenganku terasa hingga ke pergelangan tangan. Alat ini harus terus digerakkan karena kalau tidak bisa mutung dah kulit. Nah, kalau biasanya terapis hanya memasang alat lalu membiarkan ku sendiri sampai timer berbunyi, kali ini mereka harus khusus menangani ku secara langsung, wah maaf ya jadi merepotkan.

Tapi terapisnya baik, sopan dan sabar. Karena sudah profesi kali ya. Setelah di US / ultrasound, kadang lenganku digerak-gerakkan untuk melatih rentang gerak bahuku. Selanjutnya aku melatih sendiri di rumah. Contoh gerakannya bisa kulihat di google dengan kata kunci 'latihan fisik Frozen shoulder'.

Rasa nyeri di bahu kurasakan jika terlalu banyak latihan atau tidur miring ke kiri menimpa bahu. Kalau sudah begitu aku mengatasinya dengan kompres dingin. Tidak hanya bagian bahu, kadang otot bisep juga terasa nyeri.

Pernah suatu kali ketika aku mengikat rambut sambil jalan melewati pintu lalu sikuku menyenggol daun pintu yang membuat lengan tertarik ke belakang, oh God, itu sakitnya luar biasa. Dan tidak tau harus diapakan kecuali menahan sakit sampai kemudian hilang dengan sendirinya. Dan itu berlangsung selama beberapa menit. 

Seringkali aku menangis bukan karena terlalu sakit tapi merasa malang, kenapa aku yang aktif bergerak dan olahraga bisa kena masalah ini. Dan kalau sudah galau begitu giliran rhinitis vasomotor ku pula yang kambuh. Atau asam lambung meningkat. Aihhh.

Kadang ada kalanya aku merasa bosan menjalani terapi ini. Apalagi jarak rumahku cukup jauh dari Rumah Sakit. Rasanya pingin berhenti saja dan menjalani latihan sendiri di rumah. Tapi karena manfaat fisioterapi ini terasa sangat membantu akhirnya aku tetap jalani. Untuk mengusahakan pengobatan alternatif seperti bekam dan akupuntur juga sudah malas. 

Penanganan Frozen shoulder memang butuh waktu lama. Dokter ortopedi dan dokter rehab medik sudah pernah mengingatkan bahwa pemulihan ini bisa berlangsung bahkan sampai beberapa tahun. Begitu juga info yang kudapat dari artikel-artikel  Frozen shoulder di internet. Jadi aku memang harus menyiapkan diri dan mental untuk bersabar menghabiskan banyak waktu agar pulih kembali.

Setelah sesi ke delapan term kedua selesai berarti total sudah 16 sesi  terapi aku bersiap kembali menemui dokter. Sebelumnya aku memperpanjang dulu masa rujukan BPJS karena masa berlakunya hanya tiga bulan. Memang masa terapiku hanya dua bulan tapi aku banyak menunda nunda misalnya terapi dua kali seminggu jadi hanya sekali atau malah tidak datang sama sekali.

Meminta surat rujukan ke faskes pertama berarti mengulang prosedur seperti awal lagi. Mengantri dan bertemu dokter umum di faskes pertama. Bedanya kali ini aku lebih bisa menjelaskan apa masalahku jadi prosesnya lebih cepat. Termasuk menjelaskan bahwa aku memang masih sangat membutuhkan penanganan fisioterapi.

Setelah mendapat surat rujukan aku kembali ke gedung fisioterapi RS. Husada untuk bertemu dokter. Seperti biasa, antrian panjang yang membosankan. Maklum dokter rehab medik masih termasuk langka disini, jadi pasiennya membludak. Makanya dibatasi dengan kuota.

Ketika tiba giliranku, aku masuk dan agak kecewa karena dokternya bukan dokter yang sebelumnya. Tapi tidak apa-apa sih, yang ini malah lebih detail bertanya dan mencari tau masalahku. Termasuk menggerakkan tanganku untuk memastikan sejauh mana keterbatasan gerak yang kualami.

Hasilnya dokter mengatakan sudah ada kemajuan dan merekomendasikan terapi yang sama seperti sebelumnya ditambah latihan fisik dengan fasilitas yang ada di gedung fisioterapi ini.

Saat mempublish tulisan ini, aku sudah menjalani empat sesi terapi. Ada dua kali sesi yang tidak kuhadiri karena sudah dekat hari raya dan lalu lintas lebih ramai dari biasanya hingga aku sungkan untuk pergi. Tapi di rumah aku masih terus melakukan latihan gerak bahu dan lengan. 

Aku sudah bisa mengangkat lengan hampir lurus melampaui kepala. Tapi bukaan ketiak masih belum sempurna, menyisakan lekuk segitiga. Begitu juga gerakan tangan ke belakang masih terbatas. Kalau dipaksakan terasa nyeri.

Oh iya, di awal-awal aku sempat mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter ortopedi yaitu meloxicam dan eperisone. Sekarang sudah tidak pernah lagi. Kalau sakit cuma dikompres dingin saja.

Untuk sementara diary Frozen shoulder ini kututup dulu dan akan di update pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat.


                    *****************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar