Senin, 10 Juni 2019

HADIAH ULANG TAHUN

Wangi aroma ikan bakar menguar kemana-mana. Hmmm, sedap. Ditambah rebusan pucuk ubi,  lalapan daun kemangi dan pucuk daun kencur plus sambal belacan. Ditata di atas selembar daun pisang yang terhampar di rumput hijau. Tak lupa  nasi hangat mengepul sudah siap dinikmati.

Tapi serasa masih ada yang kurang. Teman-teman. Makanan sebanyak ini akan lebih nikmat dimakan beramai-ramai bersama teman. Kuteriaki teman-teman yang tinggal di sebelah rumah. Kuajak makan bersama dan diterima dengan senang hati oleh mereka.

Dengan lahap dan gembira kami makan. Sesekali terlontar gurauan yang disambut dengan gelak tawa. Makanan yang tersaji tandas dengan cepat.

"Alhamdulillah, enaknyee makan ramai-ramai seperti ini ya" ucap Uti sambil meraba perutnya yang penuh.

"Iyalah, apalagi terima beres tinggal makan" celetuk Lin disambut gelak tawa yang lain.

Setelah membereskan bekas makan kami duduk-duduk minum es buah buatan Lin. Mengobrol ringan tentang banyak hal. Aku senang bisa menjalani hari ini dengan berkumpul bersama teman-teman. Biasanya aku hanya makan berdua dengan anakku. Ternyata makan ramai-ramai lebih seru.

Sedang asyik bercengkrama tiba-tiba sebuah benda ditumbukkan ke kepalaku. Cairan kental amis meleleh membasahi rambut dan wajahku. Belum habis terkejutku, kepalaku ditaburi tepung gandum dan rambutku diacak-acak.

Diantara gelak tawa aku mendengar teman-teman menyanyikan lagu ulang tahun dan satu persatu memberikan ucapan selamat.

"Hassyemmmm...hahahaha..." Aku tergelak menyadari kalau sedang mendapat kejutan. Ahh,.. senangnya, sudah lama momen seperti ini tidak kudapatkan.

"Maaf yaa" ucap Lin "Selamat ulangtahun" 

Dipeluknya aku dan kubalas dengan hangat. 

"Hemmmh, kalian ini, kasian kan Rumi, rambutnya jadi kotor" kata Kak Hera dengan lembut seraya menghampiri ku. 

Kak Hera teman yang paling dewasa diantara kami. Aku menaruh hormat dan segan padanya.

"Tapi boleh juga nih difoto buat kenangan" usulnya.

Lin dengan sigap menyiapkan kamera untuk membidik. Ketika aku menatap kamera tiba-tiba Kak Hera menumbukkan lagi sebutir telur ke kepalaku. Disusul Uti mengguyurkan segelas air es.

"Waaaa.... Hahahaha,..." Aku tergelak dan tawa teman-teman meledak. 

Cekrek
Cekrek

Momen indah itupun terekam oleh kamera hp Lin.

***********

Rambutku masih setengah basah setelah dengan susah payah kukeramas untuk menghilangkan bekas telur dan gandum sore tadi. Sambil mengeringkan rambut kubuka pesan-pesan di akun Facebook ku.

'Rumi, aku pulang'
Kupandangi pesan dari Saga, teman sekolahku dulu yang kini merantau di Kalimantan. Aku menyambut dingin kabar itu.

'Oya'
Kubalas dengan datar. Tak lama kulihat tanda dia mulai mengetik pesan baru.

'Aku ingin jumpa, dimana kita bisa bertemu'

Wah, apa yang harus kukatakan, aku enggan bertemu siapapun saat ini. Tapi mengingat kami sudah lama tidak bertemu dan dia jauh-jauh dari  rantau mau menyambung silaturahmi, masa aku tega menolaknya.

'Datanglah ke rumahku'

Akhirnya kuputuskan untuk mengundangnya ke rumah. Perasaanku masih datar saja. Padahal Saga termasuk teman dekatku. Walau kami dulu tak lama berteman dekat , tapi hubungan pertemanan kami cukup baik terawat. Keluargaku juga mengenalnya dengan baik.

Aku masih berbaring santai membaca berita melalui hp ketika kudengar ketukan keras di pintu. 

"Assalamualaikum!"
Aih,..aku kenal betul suara itu.

"Waalaikumsalam" sahutku sambil berlari kesana-kemari menggapai celana panjang, baju panjang dan kerudung. 

"Assalamualaikum..!" Sekali lagi Saga mengucapkan salam sementara aku menyahuti sambil memperbaiki pakaianku. Kudengar dia mengetuk pintu satunya lagi. Aku buru-buru membuka pintu depan setelah mendengar ucapan salamnya yang ketiga. 

"Haaa... Rumiiii" Saga terpekik girang ketika aku muncul diambang pintu. 

"Sagaaaa.."

Susah payah aku memasang senyum santai dan menyambut jabat tangannya. Tiba-tiba saja aku merasa nervous dan sedikit bergetar. Rasanya seperti demam panggung. Surprise,... Ini benar-benar seperti sebuah kejutan lain di hari ini.

"Masuk yuk" ajakku sambil melepaskan genggaman tangannya yang erat. 

Dia duduk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Seolah sedang membangun kembali kenangan lama di rumah ini. Kami mengobrol panjang tentang banyak hal. Tentang kabarku, kabar dirinya, tentang kenangan lama dan banyak lainnya.

"Oh iya, selamat ulangtahun yaa" ucapnya ketika aku kembali dari dalam sambil membawakannya secangkir kopi.

"Terimakasih" jawabku tersenyum lebar. 

Cepat-cepat kuletakkan nampan kopi karena khawatir Saga melihat tanganku yang gemetar karena gugup. Meskipun hampir tak ada yang pernah melihatku grogi karena aku dikenal supel, percaya diri dan pandai membawa diri.

Saga tertawa. Aku menaikkan alis.

"Kenapa tertawa??"

"Senyummu itu, taring itu, aku tidak bisa lupa" katanya menggoda.

Aku tersipu. Dan mengalihkan perhatian ke pergelangan tangannya.

"Gelangnya bagus, aku mau sih" 

Dia tersenyum dan melepaskan gelangnya yang terbuat dari rangkaian batu Indian Agate. Aku tersenyum senang dan melilitkan gelang itu ke tanganku.

"Makasih ya, anggap saja ini hadiah ulangtahunku darimu" ucapku gembira.

Saga tersenyum mengangguk. Lalu menyeruput kopinya.

"Besok aku mau ke rumah Guruh, ikut yuk" ajaknya.

"Umh, besok ada acara jalan santai disini, aku mau ikut jalan santai" tolakku.

"Ya sudah, kalau mau ikut hubungi aku ya" katanya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

Sebenarnya aku berharap dia memaksa agar aku bisa memastikan ajakannya bukan sekedar basa-basi. Tapi sepertinya Saga bukan tipe teman yang suka memaksa. Jadi ya sudah, aku juga tidak terlalu tertarik kemana-mana.

Setelah cukup lama mengobrol dan kopinya sudah habis, Saga berpamitan pulang. Sekali lagi hatiku berdetak keras ketika berjabat tangan dengannya. Kupandangi punggungnya, tubuhnya tampak semakin besar tinggi menjulang. 

"Kalau aku berubah pikiran, aku akan menelpon" kataku.

"Sip" sahutnya sigap seraya mengacungkan jempol dan tersenyum. Perlahan dilajukannya sepeda motornya dan menghilang dari pandanganku.

Kuraba butiran Indian Agate yang terlilit di pergelangan tanganku. Terbayang lagi wajah Saga dengan senyum dan suaranya yang khas. Dia mulai nampak tua dengan janggut yang mulai memutih. Rambut keriting gimbalnya yang dulu sering jadi bahan ejekanku sudah habis nyaris botak dan hampir semuanya berwarna putih. Hanya karena dia berjiwa muda dan riang serta berpenampilan keren hingga tetap terlihat jantan, percaya diri dan tampan.

Malam itu aku tertidur sambil tersenyum mensyukuri kebahagiaan yang mengisi hari ulangtahunku kali ini. Sambil memeluk tangan kiri ku yang terlilit gelang batu Indian Agate dari Saga. Hadiah ulangtahun ku bukan gelang ini, Saga,  tapi kamu, kedatanganmu, pertemuan kita, bisikku.

****____________________****









Tidak ada komentar:

Posting Komentar