Rabu, 26 Juni 2019

SAYONARA ZINNIA

Kenapa sakitnya kehilangan itu sudah terasa saat masih bersama.. Rumpun Zinnia yang berantakan diacak-acak hujan dan angin itu sudah mulai tua. Pohonnya tak tegak lagi meski bunganya masih bermekaran di sana-sini. Tapi kelihatan sudah tak indah lagi. Daun tua yang mengering di tangkainya lebih menyita perhatian daripada bunganya yang cantik merona. Sepertinya ini sudah saatnya. Meski sayang, aku harus tega mencabuti Zinnia-zinnia tua itu.

Kuabaikan warna warninya yang memohon untuk dibiarkan bertahan beberapa waktu lagi. Kita tak bisa selamanya bersama. Cepat atau lambat bukankah kita harus berpisah. Jika bisa memilih lambat mengapa pula harus tega mempercepatnya? Karena lambat itu menyakitkan.

Zinnia bukanlah tanaman yang sulit dan rewel. Ia bahkan bisa bertumbuh di lahan berpasir. Bunganya cantik dan bisa bertahan segar cukup lama tak mudah menjadi layu. Tapi masa tumbuhnya tidak lama. Ada masa daun dan batangnya akhirnya mengering lalu mati. Tapi sebelumnya kuntum-kuntum bunganya telah menjatuhkan biji-biji agar kelak mereka menjadi pengganti. Tumbuh sebagai Zinnia-zinnia muda yang baru dan segar.

Kutumpukkan batang-batang Zinnia tua yang akhirnya pasrah tergeletak di tempat pembakaran sampah. Mereka pernah mempersembahkan warna putih, kuning, merah dan pink untuk taburan di makam. Meskipun tak wangi mereka cantik sekali. Mereka pernah menghiasi halaman rumah yang tampak gersang. Menghibur mata kala penat. Ada kalanya kita harus membiarkan yang tak bisa selamanya bersama kita untuk pergi. Mempertahankannya adalah sikap baik tapi merelakannya pergi akan lebih meringankan hati.

Untuk sementara halaman itu akan kubiarkan kosong. Memberi kesempatan pada rumput gajah mini untuk meluas dan menjadi pusat perhatian dengan hijaunya yang polos dan tulus. Meskipun tidak ada bunga warna warni yang riang untuk dipetik dan memanjakan mata.

Zinnia yang cantik, dulu aku sangat menginginkanmu. Berkali-kali kutanam, mati, kutanam lagi dan akhirnya tumbuh berserakan beraneka warna. Kini harus tercerabut oleh tangan yang dulu menanam dan merawatmu dengan kasih sayang. Begitulah kehidupan, kadang kita mesti tega melepaskan yang tersayang jika rasa sakitnya telah membayang. Kumusnahkan engkau agar tak ada masa engkau membalikkan punggung meninggalkan ku.

Zinnia terluka, aku berduka. Tapi tanah lantang terbuka. Menunggu semaian benih-benih baru Zinnia bertumbuh, bersemi dan berbunga kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar