Selasa, 04 Juni 2019

PASAR KU DULU DAN KINI

Pergi ke pasar pada H-1 Idul Fitri itu ada serunya, ada tanya, koma, titik, titik dua..ehh.. maksudnya seru-seru sedap gitu. Melihat-lihat hiruk pikuk umat di pasar pagi yang masih kumuh seperti dulu. Dengan bangunan-bangunan toko yang tua dan tak terawat, parkir-parkir liar di bahu jalan bercampur dengan pedagang-pedagang dadakan di pinggir jalan. 

Macet adalah pemandangan biasa yang terlihat. Justru itu bisa jadi indikator ramai tidaknya pasar hari itu. Walau kadang cuma ramai saja tapi penjualan tidak banyak mengalami perubahan dari hari biasa.

Enaknya blusukan ke pasar menjelang hari raya berjalan kaki saja. Kalaupun berkendara sebaiknya parkir agak di luar area pasar. Untuk mencegah terjebak macet atau malah jadi penyebab macet itu sendiri. Lagian enak, bisa lebih santai melihat-lihat. Kalau beruntung bisa bertemu teman-teman atau kenalan-kenalan lama yang sudah mulai berdatangan dari rantau.

Suasana H-1 di pasar Talang Padang pagi tadi cukup ramai. Tapi tidak seramai dulu. Biasanya kalau dulu banyak lapak-lapak dadakan memajang paha-paha sapi dan kerbau di pinggir jalan sepanjang depan Toko H.Yakub sampai Masjid Jami. Ditambah lapak-lapak penjual ayam potong dan ayam kampung. 

Di bagian pasar sayur yang sumpek akan semakin sumpek karena ramainya. Semua orang seolah takut besok pasar tidak buka hingga membeli stok sayuran berlebih. Tempat-tempat penggilingan bumbu dan parut kelapa antrean panjang. Toko-toko kelontong penuh pembeli yang membeli stok dagangan lebih dari biasanya karena besok toko di pasar libur sementara di kampung ramai oleh perantau-perantau mudik berkantong tebal, maklum lebaran kan.

Tidak cuma itu, toko-toko pembeli hasil bumi juga ramai didatangi petani yang menjual hasil kopi, cengkeh, dan lada. Toko-toko emas perhiasan ramai begitu pula toko perabotan dan furniture. Gairah menyambut lebaran benar-benar terasa. Dan itu sangat menyenangkan untuk dinikmati.

Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak seramai dulu lagi. Para pembeli sudah terpecah karena di pelosok-pelosok seperti Ulu Belu, Pulau Panggung, Sumberjo dan lainnya sudah ada pasar yang bahkan lebih ramai dari pada pasar Talang Padang. Ditambah lagi sekarang ada yang namanya belanja online, yang membuat orang malas turun ke pasar.

Petani hasil bumi juga jarang terlihat karena hasil bumi yang juga menurun. Pembeli perhiasan terlihat jarang berbaris di depan etalase toko. Bahkan sempat terlihat pedagang toko perhiasan yang menunggu bosan karena sepi pembeli. Sedangkan toko furniture dan perabot rumah tangga lebih banyak dikunjungi ibu pemegang arisan yang sedang membelikan pesanan konsumen.

Denyut nadi pasar Talang Padang melemah. Nafasnya tersengal. Merasa pengap dengan tumpukan sampah yang menjadi aib tak tuntas dari masa ke masa. Jalanan sempit dan rompal di sana-sini. Pedagang bercampur baur antara pedagang sayur, makanan, ikan, kelontong dan pakaian tak beraturan. Tapi pemandangannya menjelang lebaran adalah sebuah fenomena asyik untuk dinikmati. Menikmati hiruk pikuk dan kenangan masa lalu, kenangan masa kecil saat masih ada ayah dan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar